Jakarta - Kuintet ternama tanah air, NOAH, telah
dipastikan akan menggelar tur 25 kota Indonesia yang akan berjalan
selama tiga bulan. Rencananya vokalis Ariel, gitaris Uki dan Lukman,
kibordis David, serta drummer Reza akan memulai tur pada 16 November
2012 hingga 17 Februari 2013.
Kota-kota yang akan disambangi NOAH
antara lain adalah Balikpapan, Makassar, Manado, Lampung, Tangerang,
Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Solo, Malang, dan Kediri. Namun selain itu,
mereka juga akan bertandang ke daerah-daerah macam Singkawang, Sanggau
dan Bone.
Melalui konferensi pers yang diadakan di Unicorn
Building, Kemang, Baskaries Ibrata selaku Brand Manager Surya Pro Mild
menyatakan, “Kami turut menyambangi daerah-daerah kecil yang dari
bandara masih memerlukan dua belas jam lagi jalan darat.”........... Baca Selanjutnya
Rabu, 14 November 2012
Selasa, 13 November 2012
Polsek Pontianak Barat Tertibkan Tronton Parkir Sembarangan
PONTIANAK-Arus
lintas di Jalan Komyos Sudarso Pontianak (depan pelabuhan-red) atau
lebih dikenal dengan Gertak 1 dirasakan masyarakat sangat semrawut.
Pasalnya, di sekitar daerah tersebut sering diparkir kendaraan jenis
truk tronton dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini mengakibatkan
rasa tidak nyaman saat melewati jalan tersebut. Untuk itu, Polsek
Pontianak Barat langsung melakukan razia kendaraan yang parkir di
simpang lampu merah tersebut.......selanjutnya
sumber
sumber
hotel-hotel di kota pontianak
bagi masbro dan mbakbro yg di luar pontianak ini informasi hotel dan penginapan di kota pontianak
Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:
Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:
Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:
Hotel-hotel berbintang yang ada di pusat kota Pontianak adalah:
- Hotel Aston (*4), Jl. Gajah Mada Harga: Rp469.893▼ per malam
Alamat: Jl.Gajah Mada, Gajah Mada 21, Pontianak 78121
Telepon: (0)5 6176 1118 - Hotel Mercure (*4), Harga: Rp489.336▼ per malam
Alamat: Jalan Jenderal Achmad Yani, Pontianak 78124
Telepon: (0)5 6157 7888 - Hotel Grand Mahkota (*4), Jl. Sidas Harga: Rp458.500▼ per malam
Alamat: Jl. Sidas No.08, Kalimantan Barat, Pontianak 78111
Telepon: (0)5 6173 6022 - Hotel Kapuas Palace (*3), Jl Imam Bonjol Pontianak, Tlp 0561-736122 Fax 0561-734374, Pontianak
- Hotel Santika (*3), Jl. Diponegoro Harga: Rp400.000▼ per malam
Alamat: Jalan Diponegoro No. 46 Pontianak
Telepon: (0)5 6173 3777 - Hotel Orchardz Gajah Mada (*3), Jl. Gajah Mada Hotel Orchadz Pontianak
- Hotel Orchardz A. Yani (*3), Jl. Perdana Hotel Orchadz Pontianak
- Hotel Kini (*3), Jl. Nusa Indah I Hotel Kini Pontianak
- Hotel Peony (*3), Jl. Gajah Mada Hotel Peony
- Hotel Star (*3), Jl. Gajah Mada Star Hotel Pontianak
- Hotel Gajah Mada (*3), Jl. Gajah Mada
- Hotel Garuda (*3), Jl. Veteran
- Hotel Kapuas Dharma (*2), Jl. Imam Bonjol
- Hotel Merpati (*2), Jl. Imam Bonjol
- Hotel Grand Kartika (*2), Jl. Rahadi Oesman
- Hotel Borneo, Jl. Merdeka
- Hotel Orient, Jl. Tanjungpura
- Hotel Queen, Jl. Hijas
- Hotel 2000, Jl. Gajah Mada
- Hotel 95, Jl. Imam Bonjol Sumber
https://twitter.com/BHRF_Community |
The biggest Hard Rock Community in Borneo - The biggest Hard Rock Festival in Borneo - The part of English Student Association
Pontianak City
Jumat, 09 November 2012
Kutipan Sejarah Kota Pontianak
lihat juga jenis-jenis kebudayaan di pontianak
Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota ini juga dikenal dengan nama 坤甸 (Pinyin: Kūndiān) oleh etnis Tionghoa di Pontianak.
Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu, Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota disimbolkan di dalam logo Kota Pontianak.
Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik sultan. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Passir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan Sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur. Wilayah inilah yang kini bernama Pontianak.
Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.[5]
Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.
Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November 1945[6] dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Potianak diubah kemudian menjadi Kota Pontianak.
sumber
lihat juga kumpulan photo kota pontianak zaman dulu
lihat jenis-jenis budaya di pontianak
makanan khan pontianak
Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota ini juga dikenal dengan nama 坤甸 (Pinyin: Kūndiān) oleh etnis Tionghoa di Pontianak.
Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu, Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota disimbolkan di dalam logo Kota Pontianak.
Asal Nama
Nama Pontianak yang berasal dari Bahasa Melayu ini dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika beliau menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.
Sejarah
Masa Pendirian
Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami' (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.Sejarah Pendirian Menurut VJ. Verth
Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, VJ. Verth dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat saat ini.Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik sultan. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Passir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan Sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur. Wilayah inilah yang kini bernama Pontianak.
Kolonialisme Belanda dan Jepang
Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.[5]Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.[5]
Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.
Masa Stadsgemeente
Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai stadsgemeente. R. Soepardan ditunjuk menjadi syahkota atau pemimpin kota saat itu. Jabatan Soepardan berakhir pada awal tahun 1948 dan kemudian digantikan oleh Ads. Hidayat.[5]Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November 1945[6] dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Masa Pemerintahan Kota
Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak diubah dan digantikan dengan Undang-undang Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak. Walikota pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Rohana Muthalib. Ia adalah seorang wanita pertama yang menjadi walikota Pontianak.Masa Kota Praja
Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah.Masa Kotamadya dan Kota
Pemerintah Kota Praja Pontianak diubah dengan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden No.5 Tahun 1960, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1964 dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965, maka berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Kota Praja Pontianak No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal 31 Desember 1965, nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak.[5]Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Potianak diubah kemudian menjadi Kota Pontianak.
sumber
Semoga informasi ini berharga bagi anda
lihat juga kumpulan photo kota pontianak zaman dulu
lihat jenis-jenis budaya di pontianak
makanan khan pontianak
Langganan:
Postingan (Atom)